Jumat, 03 Juli 2009

Bangunan Tanpa Izin Merebak, Pelayanan Masyarakat Terkendala

MEDAN-Kota Medan saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Meski usianya sudah cukup tua, namun kota ini masih terlihat, semrawut dan pembangunannya jalan ditempat.
Setidaknya seperti itulah pendapat masyarakat Kota Medan, menilai pembangunan di kota ini sejak dipegang Walikota Drs Afifuddin.
“Pak Afifuddin terkesan lamban dalam mengambil keputusan, sehingga pembangunan infrastruktur dan pembangunan frastruktur berjalan sangat lambat bahkan nyaris tak ada,”bilang Amran warga Pulu Brayan Darat II, Medan.
Penilaian seperti itu memang terasa bukan Cuma Amran yang menilai. Banyak kalangan baik kalangan ekskutif dan masyarakat biasa juga memberikan penialan yang sama.
Anggota DPRD Sumut, Rafriandi juga menilai di media massa, kepemimpinan Afifuddin dinilai jalan di tempat. Jika dimasa kepemimpinan Bachtiar Djafar terfokus kepada pembangunan budaya dan Abdillah lebih kepada pembangunan fisik, maka kepemimpinan Afifuddin tidak terlihat sama sekali. Malah Kota Medan jadi terlihat “semrawut”.
Kesemrawutan tersebut dinilai Syahrial misalnya. Sebagai sopir pribadi pada seorang majikannya, dia mengatakan lalulintas di Kota Medan belum ada kemajuannya. Masih banyak pengendara di jalan raya yang tidak mengindahkan seruan untuk disiplin dalam berlalulintas.
Bukan Cuma itu, jalan-jalan di berbagi ruas jalan di Kota Medan hancur berlubang. Bahkan beberapa jalan bagaikan kubangan kerbau. Misalnya, Jl Kapten Muslim tepat di Pajak Sei Kambing. Jalan Mandala By Pass, Jalan Seram, Jalan Danau Singkarak dan banyak lagi jalan yang tidak mungkin disebut satu per satu.
Dari segi izin mendirikan bangunan (SIMB) juga Medan kelihatannya sangat mundur. Ada ratusan jumlahnya di Medan ini bangunan didirikan tanpa IMB. Dinas TRTB sendiri sepertinya tak berdaya menghadapi hal ini. Karenanya Ratusan juta rupiah dipastikan tak masuk ke khas Pemko Medan.
Kemudian yang paling parah nilai masyarakat, adalah bahwa pejabat di Medan dihantui sindrom ketakutan. Mereka ketakutan untuk menjalankan program, karena takut ditahan KPK atau Kejati. Rasa takut salah itu kemudian yang menjadikan kota ini seperti sekarang ini. “Pejabat di Medan terlalu hati-hati sehingga tidak berani bertindak gegabah. Tapi ketakutan itu membuat nyaris tak ada pembangunan di Medan,”ujar Hutahayan warga Helvetia.
Belum lagi kalau bicara soal, pelayanan masyarakat. Banyak sekali masyarakat saat ini menggerutu karena untuk mengurus KTP saja, harus menunggu hingga mencapai 3 bulan. “Sudah lama terkadang harus bayar pula itu,”tandasnya

Tidak ada komentar:

 

Template by NdyTeeN Redesign Mung Bisnis